Minggu, 26 September 2010

Menguak Tabir Bulan Bertabur Berkah

Ramadhan adalah bulan yang paling mulia, harinya penuh dengan nilai jihad, malamnya penuh gemerlap keberkahan. Ia datang setelah setahun tak berkunjung, mengobati kerinduan orang-orang saleh yang selalu menanti kehadirannya. Allah SWT telah memberikan kehormatan yang sangat tinggi kepada Ramadhan, pada bulan ini Al-Qur’an al-Karim sebagai pedoman hidup umat manusia diturunkan dari lauh al-Mahfuzh ke langit dunia yang kemudian turun ke bumi melalui Rasulullah SAW dengan perantara malaikat Jibril a.s. 


Maka tidak berlebihan jika bulan Ramadhan merupakan sebuah nostalgia tentang proses turunnya Al-Qur’an al-Karim, saat-saat dikajinya, dan masa-masa sosialisasi kepada masyarakat jahiliyah. Pernyataan tersebut dikuatkan dalam surat al-Baqarah/2 ayat 185, yang berbunyi “Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai pentunjuk-petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” 

Berpijak dari ayat tersebut, pada sebagian orang, Ramadahan dijadikan sebagai ajang untuk berlomba-lomba memperbanyak khatam (menamatkan) Al-Qur’an. Di masjid, musholla, surau, sudut rumah, bahkan hingga di pematang sawah pun pada bulan Ramadhan sayup-sayup terngiang alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. 

Ketika Ramadhan tiba, para ulama salaf mengkhususkan waktunya selama sebulan penuh untuk bercengkerama dengan Al-Qur’an, tidak mau beranjak dari tempatnya kecuali dengan Al-Qur’an, tidak ingin berbicara kecuali membicarakan Al-Qur’an. 
Rumah-rumah mereka berdengung laksana lebah yang sedang menghisap bunga, kemilau sinar Ilahi memancar, kedamaian hati pun menyelimuti mereka. 

Mereka membaca Al-Qur’an dengan tartil, meresapi isinya, berhenti sejenak pada ayat yang membuat hati mereka takjub, menangis kala membaca nasihatnya, bergembira kala membaca kabar gembiranya, mentaati kala berpapasan dengan ayat tentang perintah dan larangannya. 

Dalam kesempatan lain Rasulullah SAW menerangkan bahwa bulan suci Ramadhan terbagi dalam tiga fase: 

  1. Orang yang beribadah pada sepuluh hari pertama akan diturunkan kasih sayang Allah SWT ke muka bumi ini. 
  2. Orang yang beribaadah pada sepuluh hari kedua akan dibukakan ampunan dari Allah SWT. 
  3. Orang yang beribadah pada sepuluh hari ketiga akan dijauhkan dirinya dari panasnya api neraka.
Uraian Rasulullah SAW ini tentu sangat akrab ditelinga, dan tentunya Ramadhan ini seperti kompetisi sepak bola.

Sepuluh hari pertama adalah babak penyisihan, maka pada babak tersebut tidak heran jika orang yang ikut melakukan ibadah puasa, tarawih, dan lainnya sangat banyak, bahkan seorang ahli maksiat dan tak pernah shalat pun turut serta di dalamnya. 

Sepuluh hari kedua adalah babak semifinal, pada babak tersebut mulai terseleksi kesungguhan orang yang benar-benar melakukan amaliyah Ramadhan. Orang yang niatnya hanya ikut-ikutan dan tidak berdasar di ahti, pada kesepuluh hari kedua ini akan kandas dari kompetisi dan kembali pada “habitatnya” semula. 

Sepuluh hari ketiga adalah babak final, pada babak ini sudah terlihat orang yang benar-benar istiqamah. Biasanya pada fase ini pesertanya hanya sedikit, dan memang jiwanya sudah terpupuk nilai-nilai keimanan. Orang-orang tersebutlah yang berhak meraih kemenangan, dan keluar dari Ramadhan laksana bayi yang baru lahir. 

Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata, bahwa pada suatu hari ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang keutamaan-keutamaan malam-malam pada bulan Ramadhan, maka beliau menjawab dengan uraian sebagai berikut: 
  1. Pada permulaan malam, orang mu’min dibersihkan dirinya dari noda-noda dosa seperti hari ia dilahirkan dari rahim ibunya. 
  2. Pada malam kedua, Allah SWT mengampuninya dan kedua orang tuanya. 
  3. Pada malam ketiga, ada salah seorang malaikat menyeruhnya dari bawah ‘Arsy: “Mulailah bekerja, maka Allah SWT menampuni dosamu yang telah lalu” 
  4. Pada malam keempat, akan mendapat pahala sebanyak pahala membaca kitab Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. 
  5. Pada malam kelima, Allah member pahala kepadanya seperti pahala orang yang mengerjakan shalat di masjid al-Haram, masjid al-Nabawi, dan masjid al-Aqshaa. 
  6. Pada malam keenam, Allah SWT memberikan pahala kepadanya seperti pahala orang yang melakukan thawaf di bait al-Ma’muri (Ka’bah)dan semua batu dan tanah liat keras memohonkan ampunan pula untuknya. 
  7. Pada malam ketujuh, seakan-akan ia bertemu dengan Nabi Musa a.s dan membantunya memerangi Fir’aun dan Hamman. 
  8. Pada malam kedelapan, Allah SWT memberikan kepadanya seperti apa yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. 
  9. Pada malam kesembilan, seakan-akan ia telah mengerjakan ibadah seperti ibadahnya Nabi Muhammad SAW. 
  10. Pada malam kesepuluh, Allah SWT memberikan rizki kepadanya kebaikan di dunia dan akhirat. 
  11. Pada malam kesebelas, ia akan keluar dari dunia (wafat) seperti ia dilahirkan dari rahim ibunya. 
  12. Pada malam kedua belas, pada hari kiamat nanti ia dataang dengan wajah yang rupawan seperti bulan purnama,
  13. Pada malam ketiga belas, pada hari kiamat nanti ia akan selamat dari segala resiko. 
  14. Pada malam keempat belas, para malaikat telah datang memberi kesaksian bahwa ia sungguh telah mengerjakan shalat tarawih, maka Allah SWT tidak akan menghisabnya di hari kiamat nanti. 
  15. Pada malam kelima belas, para malaikat dan para pembawa ‘Arsy memohonkan tambahan kebajikan kepadanya. 
  16. Pada malam keenam belas, Allah SWT mencatatnya sebagai orang yang bebas masuk surge dan selamat dari panasnya neraka. 
  17. Pada malam ketujuh belas, ia diberikan pahala sebanyak pahala para Nabi. 
  18. Pada malam kedelapan belas, salah seorang malaikat berseru kepadanya: “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah SWT telah ridha kepadamu dan kepada orang tuamu.” 
  19. Pada malam kesembilan belas, Allah SWT mengangkat derajat di surga Firdaus. 
  20. Pada malam kedua puluh, ia diberi pahala sebanyak pahala para syuhada dan orang-orang saleh. 
  21. Pada malam kedua puluh satu, Allah SWT membangunkan baginya sebuah rumah dari cahaya di surge.  
  22. Pada malam kedua puluh dua, di hari kiamat nanti ia datang dalam keadaan aman dari rasa susah dan duka. 
  23. Pada malam kedua puluh tiga, Allah SWT membangunkan baginya sebuah kota di dalam surge.
  24. Pada malam kedua puluh empat, dua puluh empat doanya dikabulkan. 
  25. Pada malam kedua puluh lima, Allah SWT menghapuskan siksa kubur dari padanya. 
  26. Pada malam kedua puluh enam, Allah SWT meningkatkan pahala baginya selama empat puluh tahun. 
  27. Pada malam kedua puluh tujuh, di hari kiamat nanti ia melewati jembatan (shirat al-Mustaqim) dengan mudah dan cepat laksana kilat yang menyambar. 
  28. Pada malam kedua puluh delapan, Allah SWT mengankat seribu derajat baginya di dalam surge. 
  29. Pada malam kedua puluh Sembilan, Allah SWT memberikan kepadanya pahala seribu ibadah haji mabrur. 
  30. Pada malam ketiga puluh, Allah SWT berfirman: “Makanlah buah-buahan surga, mandilah dengan air Salsabil, dan minumlah air telaga Kautsar, Aku adalah Tuhanmu dan engkau adalah hamba-Ku”. 
Uraian tersebut merupakan sugesti Rasulullah SAW kepada umatnya untuk meraih sebanyak-banyaknya karunia Allah SWT pada bulan suci ini. Sebuah keberuntungan yang tiada terkira, jika dengan segala kesungguhan hati didorong dengan keinginan luhur hanya mengharap ridha Allah SWT semata, seseorang mampu mengkonsentrasikan dirinya untuk melakukan amaliyah Ramadhan.


Oleh: Kiky Sabtia (X-1)

0 komentar:

Posting Komentar